Senin, 09 Maret 2020

MENJADI.

Sering membaca, kita tidak bisa meminta dilahirkan melalui orangtua yang mana. Kalau bisa, wah semua mau punya kehidupan sempurna seperti surga tentunga. Tapi, kita bisa menentukan mau jadi apa di setiap langkah.

Begitu pula setelah menjadi orangtua, kita bisa merencanakan mau punya anak 2 atau 3. Tapi apa iya, anak pertama memang ikhlas punya adik kedua? Ketiga? Bahkan seterusnya?

Itulah mengapa menjadi orangtua sulit luar biasa. Anak kedua lahir, disitulah harus menanamkan budi pekerti bahwa, engga apa-apa. Yang lahir bukan musuh, cinta tidak akan terbagi, hanya kelak banyak KOMPROMI.

KOMPROMI ini yang sering menjadi boomerang. “kakak! Jangan ganggu adik! Adik baru berhenti nangis please biarkan dia bermain dengan mainan kamu!” — apa sang kakak mau? Sang kakak terima digituin? Buat Ibu/Ayah itu disebut kompromi, agar adik kembali tenang, kakak berbagi mainan, everyone is happy! Tapi kadang, mereka lupa, bagaimana perasaan Kakak?

Kembali lagi, apa Kakak sebenarnya mau punya Adik yang harus berbagi ALL THE TIME?. Katakan orangtua sangat berkecukupan sehingga Tidak pernah ada soal ribut rebutan mainan. Alhamdulillah kalau Kakak happy, tapi bagaimana tapi sebaliknya? Dan semua itu berlanjut terus hingga tua.

Akan ada masanya, adik salah, Ayah Ibu selalu bilang “Kakak please pahamin adiknya ya.. dia berbeda dengan kamu yg selalu mudah di beritau. Tapi dia tetap adik kamu..” Okay, kakak harus mengerti. Mengerti kakak kembali lagi, menjadi sebuah Kompromi. Ibu Ayah menganggap pengertian kakak sebagai case close. Apa adik tau dia salah? Kalau kakak yg salah, adik tau karena itu contoh. “Kakak salah, adik jangan melakukan itu ya..” — kalau adik yang salah, kakak harus memaklumi? Apa adil?

Mungkin tulisan ini terbaca kasar dan memihak.

Tapi izinkan saya mewakili salah satu dari mereka.

Akan ada saatnya,
Kakak lelah untuk selalu mengerti Adik. Apa yang kakak inginkan? Ia hanya ingin, Ibu atau Ayah berkata, “adik, tidak baik begitu. Itu salah. Hargai Kakak kamu. Itu contoh yang kurang baik.” — Kakak hanya ingin, orangtuanya, tahu bahwa adik memang salah dan TOLONG KATAKAN SALAH.

Kelak,
Ketika saya sebagai penulis memiliki anak, saya sudah jauh-jauh hari berjanji bahwa saya akan berusaha adil untuk anak saya. Mungkin materi saya belum banyak. Tapi, jika Tuhan mengizinkan saya memiliki lebih dari satu anak, saya akan menanamkan ke mereka bahwa..

~ akuilah kesalahan mu, terutama di depan keluarga mu.
~ Kakak memang anak pertama, contoh, dan kebanggaan. Tapi Kakak bisa salah, jadi kepada Kakak, maaf kalau Ibu dan Ayah bilang kamu salah. Kami juga akan memberitau apa yang lebih baik.
~ sama seperti kakak. Adik juga bisa salah.. katakan dia salah. Lalu beritahu yang mana yang benar.

benar atau salah memang tergantung persepsi, disitulah KOMPROMI dibutuhkan.


Tulisan ini,
bukan untuk saling menyalahkan, bukan mencari pembenaran.
Tulisan ini bertujuan memberitahu kalau,
yang dibutuhkan keluarga itu, mengakui kalau salah, mengiyakan kalau benar. agar dijadikan contoh di masa depan.

yaudah segitu aja.
Lauv,
Aku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Day 1 - Describe Your Personality

HAI! waw, sudah lama juga yaa tidak menulis. alasannya karena, entahlah, kurang inspirasi apa males?  Lalu muncul di timeline Fala Adinda so...